Friday, March 20, 2009

Cara Mudah Agar Web Kita Dilisting Oleh DMOZ ODP

Cara mudah agar dilisting DMOZ.org?.. Judulnya saja yang bombastis. Tidak ada cara yang mudah agar website yang kita submit bisa dilisting oleh DMOZ, kecuali sabar.

DMOZ (Directory Mozilla) ODP (Open Directory Project) adalah suatu “human edited” web directory yang sangat penting bagi google dan para pengelola website. Editornya adalah para sukarelawan dari seluruh dunia yang mempunyai keahlian di bidang tertentu. Semua orang yang ahli di bidang tertentu boleh mendaftar untuk menjadi editor. Saya sendiri sempat mengintip sedikit mengenai syarat mendaftar menjadi editor, salah satu syaratnya adalah mempunyai minimal tiga website non komersial dengan tema yang berkaitan.


Dmoz penting bagi para pemilik website, karena Dmoz cukup berpengaruh terhadap beberapa mesin pencari seperti google, aol, hotbot search, lycos, netscape search dan lain lain. Apabila website kita berhasil masuk dalam listingnya Dmoz, maka sudah dipastikan bahwa search engine tersebut akan berbondong-bondong mengirimkan traffic ke website kita.

Cara untuk submit site ke Dmoz juga cukup mudah. Kita tinggal menuju ke dmoz.org, kemudian browsing ke kategori atau subkategori yang sesuai dengan tema website kita, lalu submit URL kita. Pastikan bahwa URL yang kita submit hanya URL homepage saja, serta jangan submit lebih dari satu kali, pada kategori yang sama. Baca dengan teliti mengenai syarat dan peraturan mengenai submit URL, karena para editor Dmoz tidak mentoleransi pelanggaran terhadap peraturan tersebut. URL kita akan langsung di hapus tanpa pemberitahuan. Cukup mudah kan?... Iya, submitnya memang mudah. Yang sulit kan menunggu kepastian dilisting apa tidaknya website kita, katanya sih antara 3 sampai 6 bulan gitu.

Di suatu forum yang pernah saya ikuti, lupa urlnya nanti tak carinya lagi, ada seorang editor Dmoz yang menjelaskan mengenai mengapa begitu lama proses listing di Dmoz. Begini ceritanya….
Para editor Dmoz adalah volunteers (sukarelawan), sehingga mereka akan melakukan tugasnya sebagai editor apabila waktunya memungkinkan dan tidak mengganggu aktifitas rutin mereka. Artinya tidak tiap hari editor tersebut login ke Dmoz dan melakukan tugasnya me review website yang sudah antri. Mungkin mereka login seminggu sekali, sebulan dua kali, kita tidak pernah tahu. Yang pasti kalau dalam tiga bulan mereka tidak login sama sekali, maka account editor mereka akan di hapus.

Sedangkan dalam satu hari saja, jumlah website yang disubmit mencapai ribuan. Jadi mengenai kapan website yang kita submit itu direview tergantung pada jumlah editor di suatu kategori, frekwensi login editor di kategori tersebut dan jumlah website yang sudah antri di kategori tersebut. Editor juga tidak akan menginformasikan ke pemilik website apakah website mereka disetujui masuk listing apa tidak. Susah kan?.. Makanya tidak ada cara mudah agar website kita dilisting Dmoz, kecuali sabar alias santai.

Sedikit Sharing,
Website saya yang pertama, saya submit pada bulan maret 2008. Sekitar seminggu setelah saya submit, editor Dmoz sudah datang me review. Tapi kayaknya tidak di listing, mungkin karena designnya katrok dan ndeso. Maklum, saya buat website tersebut sambil belajar dreamweaver, ya jelas acak-acakan. Waktu itu saya belum mengerti tentang wordpress dan free templatenya.

Kalau tidak salah 2 bulan kemudian, setelah yakin designnya cukup lumayan, website tersebut saya submit lagi ke Dmoz. Waktu berlalu dan akhirnya… bulan oktober ketika saya check pakai link popularity checker, ternyata website tersebut sudah masuk listing Dmoz. Dan kemudian masuk pula di directory google.com dan google.eu. Beberapa search engine seperti lycos, aol, ask, netscape pun mulai mengirimkan traffic ke web tersebut. Yess…..

Website yang kedua saya submit ke Dmoz bulan desember 2008. Dan sampai sekarang belum ada editor Dmoz yang datang. Berarti ya sabar lagi.. alias santai lagi.






Tuesday, March 17, 2009

Tarif Internet Akan Turun? Bagaimana kita menyikapinya

Pemerintah akan menurunkan tarif internet sekitar bulan april mendatang. Penurunan dimaksudkan agar masyarakat di pelosok desa bisa menikmati layanan internet. Pemerintah sudah mencanangkan penurunan tarif internet maksimal bulan April mendatang," kata Menkominfo Muhammad Nuh usai menjadi pembicara dalam kuliah umum di Universitas Jember (Unej), Kamis. Sumber : Antara.co.id

Saya jadi teringat beberapa tahun yang lalu, ketika beberapa provider seluler mulai memperkenalkan jaringan GSM di Indonesia. Saya harus membayar 400 ribuan untuk kartu perdananya (saya pakai simpati), itupun harus inden dulu selama seminggu. Harga handphone pun masih mahal, sehingga tidak semua orang bisa menikmati layanan GSM.
Tarifnya juga tidak murah, untuk menerima panggilan saja apabila kita diluar area, kita dikenakan roaming.

Seiring berjalannya waktu, entah karena tingginya persaingan (karena menjamurnya provider GSM), atau juga karena adanya jaringan CDMA yang menawarkan tarif yang lebih terjangkau, semua provider baik GSM maupun CDMA berlomba-lomba untuk menawarkan tarif murah ditambah fitur layanan tambahan ini dan itu untuk menarik minat konsumen.

Dan kita lihat sekarang, hampir semua orang memiliki handphone. Ber-handphone bahkan sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Inovasi dari produsen telephone selluler yang selalu menambah fitur di produknya pun semakin mempermarak pemakaian handphone. Telephone sellular tidak lagi sekedar alat untuk berkomunikasi saja, tetapi juga untuk mendengarkan musik, browsing internet dan masih banyak lagi.

Apakah fenomena yang sama akan terjadi pada internet?
Tarif internet yang ada sekarang, kalau di warnet rata-rata 6000 rupiah perjam, sementara kalau memakai telephone rumah rata-rata 9000 rupiah perjam (time based) memang termasuk mahal untuk ukuran sebagian besar masyarakat Indonesia. Berita mengenai rencana pemerintah untuk menurunkan tarif internet itu membuat saya berpikir, seandainya tarif internet benar-benar turun, akankah fenomena telephone sellular itu akan terjadi lagi? Atau akankah internet nanti akan menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat?
Satu yang sudah pasti akan terjadi adalah pemakai internet di Indonesia akan meningkat tajam.

Bagaimana kita menyikapinya?
Sebagai orang yang termasuk masih awam di dunia internet (selama ini cuma sekedar browsing saja) saya tergelitik untuk berpikir, dengan meningkatnya jumlah pemakai internet di Indonesia, berarti meningkat pula market atau pasar untuk usaha yang “internet based” di Indonesia. Saya pun berpikir, sekarang inilah saat yang tepat untuk memulai suatu usaha yang “internet based” agar kita tidak terlambat untuk ikutan menikmati booming pengguna internet di Indonesia.

Lalu usaha apa yang cocok untuk saya? Buka toko komputer kah? Atau membuat warnet kah? Kita sendiri yang bisa menganalisa kira-kira usaha apa yang cocok, dengan memperhitungkan modal serta kemampuan yang kita miliki.

Kalau saya sendiri, yang ada di pikiran saya saat ini adalah rencana untuk mulai suatu usaha online. Entah membuat semacam toko online (dengan perhitungan bahwa modal yang diperlukan tidak sebesar toko konvensional), atau ikutan menjadi affiliate marketer dan sejenisnya. Seperti slogan salah satu web entertaintment, “kalau tidak sekarang, kapanlagi?”.